ExxonMobil pemegang 45% Blok Cepu, ini sejarahnya di Indonesia dari 1898-2021

2016 target produksi 165.000 barel tercapai

oleh

ExxonMobil memegang 45 persen dari total hak partisipasi di ladang minyak Blok Cepu. Kontrak kerjasama ini akan berlanjut hingga tahun 2035. Joint Operating Agreement (JOA) ditandatangani oleh para pihak kontraktor.

Pengembangan dan produksi proyek Blok Cepu diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi industri lain dan masyarakat lokal di Jawa melalui peningkatan output ekonomi, lapangan kerja, dan proyek pengembangan masyarakat.

Berikut perjalanan ExxonMobil di Indonesia dikutip dari laman exxonmobil.co.id

1898 Kantor pemasaran dibuka di Indonesia

1912 Memulai kegiatan eksplorasi

1968 Memulai operatorship Production Sharing Contract (PSC) di provinsi Aceh

1971 Penemuan Lapangan Arun di Provinsi Aceh

1973 Kontrak First Liquefied Natural Gas (LNG) ditandatangani dengan Jepang

Baca Juga:   Sejarah singkat Blok Cepu Bojonegoro, dulu bernama Panolan

1980 PSC ditandatangani untuk lapangan Natuna D-Alpha

1981 Kontrak LNG kedua ditandatangani dengan Jepang

1982 Memulai klaster lapangan Arun ketiga

Kontrak LNG 1983 ditandatangani dengan Korea Selatan

1993 Mobile mendirikan kantor penjualan di Indonesia

1996 Esso mendirikan kantor penjualan di Indonesia

1997 kargo LNG ke-3.000 dijual dari lapangan Arun

1998 Perayaan 100 tahun di Indonesia

1999 Exxon dan Mobil merger menjadi Exxon Mobil Corporation

2000 Operator Technical Assistance Contract (TAC) di blok Cepu darat, provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah

2001 Penemuan sekitar 450 juta barel minyak di ladang minyak Banyu Urip, blok Cepu

2003 Mendirikan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (PT EMLI)

Baca Juga:   Sejarah singkat Bojonegoro dan nama-nama bupatinya, dari Mas Tumapel hingga Anna Mu’awanah

2005 Menandatangani Production Sharing Contract (PSC) Blok Cepu dan ditugaskan sebagai operator

Kargo LNG ke-4.000 tahun 2006 dijual dari lapangan Arun

Blok Mandar 2007, Selat Makassar, diberikan kepada ExxonMobil

2008 Produksi minyak pertama dari lapangan Banyu Urip dimulai melalui Early Processing Facility (EPF) yang memulai produksi 20.000 barel minyak per hari pada tahun 2009.