Penulis: Nur Ain
Hidup ini kusut dan selalu ada saja yang membuat pikiran. Tapi tak juga selalu kusut. Akan rapi asal mau mengurainya satu persatu. Apapun sebenarnya enteng sekali dan tidak sesulit yang dibayangkan, dan tidak serumit yang dirasakan.
Terkadang hanya perlu mengambil jeda dan helaan napas sejenak. Lupa untuk mengatur strategi bagaimana melangkah. Karena, sesuatu yang dilakukan tidak selamanya salah, dan juga tidak selamanya benar. Begitu pun cara memimpin.
Ada yang pernah mengatakan bahwa Jika setiap pemimpin memiliki cara unik yang tak akan sama dengan pemimpin yang lain. Bahkan tak boleh menyama-nyamakan dengan cara memimpinnya, baik dengan pemimpin yang lalu, atau sekarang.
Semua ada jedanya, semua ada fasenya.
Namun di balik itu semua selalu saja ada hikmahnya. Selalu ada baiknya, selalu ada pembelajaran, dan pastinya meninggalkan sesuatu yang tak mengenakkan. Bukankah bumi indah lantaran warnanya penuh dengan corak? Tidak serta merta mulus seperti gulungan benang. Bahkan gulungan benang yang tampak sama warnanya juga mempunyai corak dan terlihat berbeda, tapi tetap indah.
Begitulah!. Setiap pemimpin punya cerita. Ada cerita di mana pemimpin itu hampir tak pernah menunjukkan dirinya secara utuh dalam suatu acara. Datangnya di akhir, bahkan bisa saja tak hadir sama sekali. Hadir, namun sekilas.
Ada cerita ia hampir tak pernah absen menunjukkan raut wajahnya yang selalu sedih di hadapan orang-orangnya. Tapi selalu harmonis, ramah dan ceria. Yang membuat orang-orang begitu menghangat padanya.
Ada cerita di mana tak ada tuntutan sama sekali untuk mengenal semua orangnya. Namun selalu ada saja keadaan yang membuatnya tanpa tahu, dan tanpa sadar mengenal segala hal di hadapannya dan apa yang dijalaninya. Seringnya ia menjadi rujukan hal-hal yang sebenarnya bukan menjadi wilayah untuk diketahuinya.
Yang ini terkadang lucu sekali. Mungkin, orang-orangnya menganggap ia akan hapal dengan apapun yang berada di atas sesuatu yang dipimpinnya, termasuk hal-hal seperti siapa nama-nama pimpinan di semua rukun tetangga. Hingga selalu menjadi rujukan untuk menjadi sebuah ensikloperujukan daftar sejumlah nama.
Bullet, ya? Benar sekali, karena kurang lebih seperti itulah. Kadang ada kalimat yang terdengar begitu bijak mengatakan, “Kelak kamu akan merasakannya sendiri setelah berada posisi itu.” Bagaimana akan memaknai kalimat ini? Terdengar seperti langsung ingin berpasrah dan tak ingin mendengar hal yang lain, juga bukan urusannya lagi.
Masih ada cerita lagi!. Ada dalam posisi semua orangnya tiba-tiba membelot padanya karena sebuah kesalahpahaman timbul yang lambat disadari. Dan parahnya sering tak ia sadari karena semua tampak baik-baik saja. Namun ketika pertanyaan hadir kepadanya. Hanya ada jawaban semua baik-baik saja. Tapi, ada yang disembunyikan.
Saat tiba-tiba hal itu muncul, itu cukup membuatnya begitu terpuruk dan tidak tahu harus bagaimana. Apakah ia akan mampu berjalan atau akan berhenti begitu saja?
Ada cerita juga, seorang pemimpin yang ia menyadari, ia bertindak begitu tidak adil dan terlanjur pilih-pilih.
Ada juga yang dianggap tak peduli sama sekali, tak mau mendengarkan, tak memberi respon dan yang lainnya.
Terkadang seperti ini…
Pemimpin itu benar-benar tidak mengerti yang disampaikan itu pernah disampaikan atau penyampaian itu tidak pernah benar-benar sampai padanya. Atau penyampaian itu tertutup oleh hal lain yang orang-orang tidak tahu. Tapi bisa juga memanfaatkan seorang staf atau orang-orangnya untuk membantu menyampaikan hal yang terus langsung padanya.
Karena terkadang semua itu bukan tidak peduli. Yang dianggap begitu peduli malah orang-orangnya. Karena bagaimanapun akan susah saja jika harus merangkul semuanya secara satu persatu dan intens. Akan memakan waktu banyak. Dan bisa saja selama itu berlangsung akan menimbulkan sebuah kecemburuan, dan perasaan tidak diperlakukan sama akan muncul.
Ada cerita juga, ketika terlalu tegas dianggapnya sangat pemarah. Dan sedikit bercanda dianggapnya, kurang serius, main-main dan seolah tidak pernah peduli, serta tidak mau mendengarkan.
Ada cerita lain juga yang mengatakan akan menjadi tempat, selalu menjadi tuntutan. Tidak bisa mengatur, terlalu membiarkan dan tidak mau sedikit berusaha untuk memaksa, merayu dan lainnya.
Apapun itu, pada dasarnya. Pemimpin akan selalu menjadi tempat yang selalu dan selalu menjadi sorotan entah apapun itu bentuknya. Bagaimanapun baiknya, tapi seringnya yang paling tenar adalah pada buruknya, haha.
Tapi tak selamanya harus menerima dengan legawa atas nama buruk itu. Paling tidak ada pelajaran, pengingat dan pengalaman. Eh, pengalaman? Iya, karena, permintaan semua orang tak akan pernah sama. Sama? Hanya pada bagian tertentunya dan detailnya pasti ada yang mengganjal, kurang mantep.
Diri sendiri adalah pimpinan, dipimpin sekaligus terpimpin. Yang bawahan atau staf, atau yang membantu mengkoordinir ya, yang ada di setiap sendi, nadi, saraf, anggota tubuh dan bagian tubuh lainnya, baik dalam dan luar yang tak bisa disebutkan.
Tapi, mau meletakkan ‘pemimpin utama’-nya terserah diri itu masing-masing. Ada yang memaklumat kepala dan isinya bagian paling penting atas semua hal. Juga ada ‘hati’, ‘perasaan’, ialah sesuatu yang paling aman dan penuh yang dipilih oleh salah seorang. Pula ada yang memilih dua-duanya. Tetap saja akan ada yang paling unggul. Entah hati atau akalnya. Tapi bukan berarti tidak ada yang benar-benar bisa mengolah keduanya, ya. Ada, walaupun jarang.
Setelah seharian pekewuh dan semrawut terkait Sosialisasi Pernikahan Dini
Ahad, 07 Romadlon 1443 H/ 10-04-2022