Kerusuhan setelah pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya banyak memakan korban jiwa. Tragedi yang menelan 130 korban jiwa ini turut menjadi perhatian Dunia. Sebab dengan kejadian ini, Indonesia terancam gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dan Piala Asia U-17 yang akan segera bergulir. Tak hanya itu, sepak bola Indonesia juga terancam dibekukan oleh FIFA.
Tragedi Kanjuruhan ini menjadi tragedi terburuk nomor 2 dalam sejarah dunia dan terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia. Kejadian ini berada tepat dibawah tragedi yang terjadi di Peru. Pada tragedi di Peru (24/5/1964) ini mempertemukan Peru dengan Argentina di Kualifikasi Olimpiade. Pada pertandingan tersebut, peru berhasil menyamakan kedudukan setelah tertinggal terlebih dahulu 0-1 dari Argentina. Namun gol penyama kedudukan tersebut dianulir oleh wasit sehingga menimbulkan kerusuhan dan meyebabkan 328 orang meninggal dunia.
Kejadian ini turut menjadi perhatian DPR RI. Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda meminta untuk Liga 1 2022-2023 dihentikan sementara. Tak hanya itu, dirinya juga meminta untuk dibentuknya tim independen untuk mencari fakta dari tragedi itu.
Syaiful Huda juga mengatakan jika tragedi yang terjadi di Kanjuruhan ini adalah puncak dari segala kejadian yang terjadi di sepak bola Indonesia. Dirinya juga menyesalkan terkait adanya gas air mata untuk mengendalikan tindakan suporter yang ricuh setelah laga Arema FC vs Persebaya.
“Tapi kenapa masih digunakan dalam SOP pengamanan suporter di Indoensia,” kata Syaiful Huda dalam konferensi pers.
“Harus ada yang bertanggung jawab atas peristiwa ini. Jangan sampai peristiwa ini berlalu begitu saja dengan dalih adanya tindakan anarkis dari suporter” tambahnya