GUSDURian Bojonegoro baru saja menggelar talk show kampanye keadilan gender yang bertemakan ‘Gus Dur Untuk Indonesia yang Lebih Adil dan Setara’. Talk show yang digelar di Institut Sains Teknologi dan Kesehatan Insan Cendekia Husada Bojonegoro (7/1/2023) tersebut turut memperingati haul Gusdur ke-13.
Hendro sulistiyo selaku koordinator sekaligus penanggung jawab kegiatan menyampaikan. Bahwasanya, Kajian-kajian atau pandangan terkait kesetaraan gender sering kali dianggap sepele bagi kaum laki-laki. Dan sering kali menjadi jebakan pemikiran, yaitu gender adalah untuk perempuan. Padahal, lebih dari itu pandangan soal gender. Bukan hanya sifat yang tumbuh alami di dalam komunitas masyarakat, bahwasanya laki-laki memiliki sifat maskulin dan perempuan mempunyai sifat feminin. Tetapi juga peranan laki-laki dan perempuan dalam tatanan masyarakat juga mempunyai kesamaan, seperti peranan sosial, politik, pekerjaan maupun yang lainnya”
Pertama M. Hasan Bisri Dari Sekretaris PW Ansor Jawa Timur yang membahas terkait peninggalan nilai-nilai Gus Dur sewaktu menjabat sebagai Presiden RI.
Ia menyampaikan, “bahwa Gus Dur berhasil membawa isu Gender masuk kedalam pemerintahan. Hingga akhirnya dengan kewenangan Gus Dur sebagai presiden mengganti nama kementerian dari urusan peranan wanita menjadi kementerian pemberdayaan perempuan. Di mana kementerian merupakan seratus persen kewenangan dari presiden. Lalu kemudian penerbitan Inpres Pengarusutamaan Gender No 9 Tahun 2000, sementara Inpres juga merupakan seratus persen kewenangan presiden.”
Narasumber yang kedua yaitu Wiwid Fransiska membahas tentang pandangan Gender menurut Penganut Agama Katolik. Kali ini Ia memaparkan bahwa dalam pandangannya, “Gender adalah keniscayaan yang harus diterima banyak orang. Jika jenis kelamin ialah bersifat mutlak atau kodrati yang tidak bisa ditolak oleh siapa saja yang dilahirkan di dunia ini. Namun, berbeda dengan Gender, hali ini adalah bentuk biologis manusia setelah dilahirkan. Jika perempuan cenderung ramah, lembut, elok, ramah dan lain sebagainya. Sedangkan laki-laki lebih gagah, kuat dan lain sebagainya. Ini merupakan hal yang bersifat manusiawi, yang bisa saja dimiliki satu sama lain.”
Riskun naviah darojah, pemateri yang ketiga. Memaparkan Gender dalam perspektif Islam. “Ia menerangkan bahwa peranan perempuan sama pentingnya dengan peranan laki-laki. Sehingga ketika mencapai urusan sosial pun perempuan juga harus menempatkan perempuan sebagai subjek bukan objek. Dimata Tuhan, manusia adalah Kholifah Fil Ardi yang dimana peranan utama nya manusia ini adalah untuk merawat bumi seisinya. Tidak cuma laki-laki saja, tapi perempuan.