Usaha

Dapur Art Karinah: Kisah Sutrisno Merajut Ketenangan Lewat Kuliner

156
×

Dapur Art Karinah: Kisah Sutrisno Merajut Ketenangan Lewat Kuliner

Sebarkan artikel ini
Dapur Art Karinah

Huluhilir.com – Di balik bangunan joglo klasik berkayu jati yang memancarkan aura nostalgia, terhampar sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana ketenangan batin menjadi pendorong utama dalam membangun sebuah bisnis. Itulah Dapur Art Karinah, sebuah destinasi kuliner di Soko-Tuban (perbatasan Bojonegoro), yang lahir dari visi sederhana seorang pria bernama Sutrisno.

Di bawah naungan gazebo yang dihiasi kolam ikan gurami, dengan suara gemericik air yang menenangkan, kami bertemu dengan Sutrisno. Penampilannya bersahaja, berkaus oblong, namun sorot matanya memancarkan ketenangan dan kepuasan. Dengan santai, Tris, sapaan akrabnya, mulai bercerita tentang perjalanannya merajut mimpi Dapur Art Karinah. Ini bukan sekadar kisah bisnis, melainkan sebuah refleksi tentang bagaimana jiwa seni dan filosofi hidup bisa menjelma menjadi sebuah ruang yang damai.

Sebuah Nama, Sejuta Makna

Bagi Tris, Dapur Art Karinah jauh lebih dari sekadar tempat mencari keuntungan. “Ini bukan sekadar tempat usaha, tapi tempat berkarya,” tegasnya. Pemilihan nama “Dapur Art Karinah” bukanlah tanpa alasan. Nama Karinah merupakan singkatan dari kedua orang tuanya, Kari dan Sarminah. “Namanya doa orang tua kan mandi (ampuh),” ungkapnya dengan senyum, menunjukkan betapa besar penghormatannya pada asal-usul.

Sedangkan kata “Art” menjadi penanda jati diri yang kuat. Tris memfungsikan Karinah sebagai galeri pribadi, tempat ia memajang dan menyimpan koleksi barang-barang antik serta hasil karyanya dari usaha mebel. “Namanya art karena memang saya buat menyimpan hasil usaha mebel di Jalan Pemuda,” jelasnya. Uniknya, barang-barang lawasan yang menjadi dekorasi di Karinah juga bisa berpindah tangan jika ada pengunjung yang tertarik dan harganya cocok. Meja, kursi, lampu, dan benda antik lainnya seringkali terjual di sana, menambah cerita pada setiap sudut ruang.

Baca Juga:   Jadi santapan hampir tiap hari, ini ternyata sejarah singkat tahu dan tempe
Sutrisno Owner Dapur Art Karinah

Dari Limbah Kayu Menjadi Sebuah Visi

Visi Dapur Art Karinah mulai terwujud ketika Tris membeli sebidang tanah di tahun 2018. Tanah yang semula persawahan itu diuruknya secara bertahap. Pembangunan pun dilakukan dengan ritme yang tenang, tidak terburu-buru, memanfaatkan bahan-bahan bekas dari limbah usaha mebelnya. Inilah cikal bakal Dapur Art Karinah yang kita lihat sekarang, sebuah bangunan baru dengan material yang punya cerita panjang.

“Saya memang ingin punya tempat yang bisa menampung karya-karya saya. Limbah kayu dari mebel itu banyak, daripada mubazir, saya bikin bangunan ini pelan-pelan,” tuturnya.

Meskipun baru dibuka untuk umum pada Januari 2023, konsep Dapur Art Karinah sudah lama matang dalam benak Tris. “Saya itu dari dulu sudah kepikiran ingin punya tempat yang menyatu dengan alam, tempat berkarya, tempat tenang,” ungkapnya, menegaskan bahwa ini adalah proyek yang lahir dari hati, bukan sekadar kalkulasi bisnis.

Baca Juga:   Aneka Mie di Omah Mie Taruna

Bisnis untuk Ketenangan Batin

Filosofi hidup Sutrisno sangat tercermin dalam pengelolaan Dapur Art Karinah. Baginya, bisnis bukan hanya tentang laba dan untung semata. “Yang penting bisa buat untuk karyawan sudah syukur. Lebihnya sedikit tidak apa-apa, tidak pernah saya hitung juga. Yang penting cukup,” ujarnya. Pandangan ini menunjukkan mentalitas slow living, sebuah pendekatan yang tidak mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, melainkan lebih fokus pada kebersamaan dan kedamaian. “Sudah usia segini mau apa lagi kalau yang dicari bukan ketenangan,” ungkap pria yang kini berusia lebih dari setengah abad itu.

Tris juga mengakui bahwa ia tidak memiliki pengalaman sebelumnya dalam mengelola tempat makan. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar. “Saya bukan pebisnis resto, jadi banyak masukan dari pelanggan itu saya terima. Pelayanan lambat, menu kurang, ya saya pelajari. Wong sambil belajar,” katanya dengan santai, menunjukkan kerendahan hati dan kemauan untuk terus berkembang.

Saat ini, Dapur Art Karinah mempekerjakan delapan karyawan, yang sebagian besar masih kerabat sendiri. Bahkan, ada dua orang khusus yang dipekerjakan untuk merawat keindahan taman di lahan hampir setengah hektare tersebut.

Setiap Sudut adalah Karya Pribadi

Keunikan Dapur Art Karinah juga terletak pada desainnya yang sepenuhnya dirancang sendiri oleh Tris, tanpa bantuan konsultan. Ia membangunnya secara bertahap, membiarkan ide-ide muncul seiring proses pengerjaan. “Kalau dibangun pelan-pelan, ide-ide itu bisa muncul sendiri,” tambahnya.

Baca Juga:   Cara membuat ledre pisang khas Bojonegoro, renyah dan enak

Di Dapur Art Karinah, Tris menanam beragam tanaman hias seperti bonsai, kamboja, dan bugenvil. Ia bahkan menanam sayur-mayur seperti kangkung dan terong untuk memastikan kesegaran bahan baku menu-menu di restorannya. Ada pula pohon lemon dan jeruk pecel yang ditanamnya sendiri untuk kebutuhan minuman dan sambal.

Nuansa bagian belakang Dapur Art Karinah, yang mirip taman di sinetron lawas, menjadi daya tarik tersendiri. Bunga-bunga berwarna-warni, dedaunan rindang, udara bersih, ditambah pemandangan langsung Bengawan Solo dan Jembatan Kaliketek, semuanya menyatu menciptakan suasana yang membuat pengunjung betah. Bahkan, ada dua ayunan yang diikat di pohon mangga, menciptakan sudut sempurna untuk merenung, berme-time, atau sekadar menyembuhkan luka.

Melalui Dapur Art Karinah, Sutrisno tidak hanya membangun sebuah bisnis kuliner, tetapi juga sebuah oase ketenangan yang mencerminkan filosofi hidupnya. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan visi yang jelas dan hati yang tenang, seseorang bisa menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna.

Alamat Dapur Art Karinah: