Kita perlu memaafkan diri demi raih bahagia

Hidup ini dipenuhi hal-hal paradoks. Maksudnya, untuk meraih kebahagiaan, seseorang biasanya menyusun banyak target. Namun, ketika target yang disusun tak terpenuhi maka kita akan merasa sebagai orang yang gagal, lalu bersedih. Tujuan bahagia dengan menyusun strategi yang jitu malah berbuah sebaliknya.

Untuk mengurangi kesedihan seseorang kemudian menyusun rencana-rencana di masa depan. Namun lagi-lagi, ketika rencana-rencana yang disusun sedemikian rupa gagal, maka kesedihan kembali menghampiri. Kesedihanpun menjadi bertumpuk dan bertumpuk.

Setiap orang pasti menginginkan hidup yang perfect. Akan tetapi kita tidak perlu memaksa diri kita untuk menjadi apa yang kita pikirkan bukan? Memang ada tipe orang yang perfeksionis, yang menginginkan segalanya tampak sempurna. Tapi ada pula tipe orang yang memilih realistis, yang menjalani hidup dengan sewajarnya apa yang bisa diraih.

Menyusun rencana hidup tentu sangat bagus, karena itu akan membawa pada semangat yang tinggi dalam menjalani kehidupan ini. Namun, menyalahkan diri sendiri pada saat menemui kegagalan tentu ini hanya akan menjauhkan diri pada kebahagiaan yang seharusnya diraih.

Baca Juga:   Rumus Cepat Rambat Gelombang Bunyi dalam Gas

Oleh karena itu ada beberapa tips bagi kamu yang ingin hidup bahagia. Tentu saja tips ini belum teruji kebenarannya. Tapi apa salahnya mencoba kan?

1. Memaafkan diri

Kegagalan menghadapi tantangan hidup bukanlah akhir segalanya. Ini ungkapan klise namun tetap penting bagi kita untuk meraih kebahagiaan. Jika kita gagal pada satu tahap dalam hidup ini, mulailah dengan memaafkan diri sendiri. Jangan menyalahkan diri sendiri. Introspeksi boleh, namun bukan berarti menelanjangi diri kan?

Maksudnya, kita harus tetap belajar menghitung, mencari penyebab kegagalan. Mungkin saja kita kurang bekerja keras, atau target kita terlalu tinggi. Sesuaikan dengan kondisi diri anda terlebih dulu. Sekali lagi, jangan selalu memaksakan diri anda menjadi sesuatu yang ada dalam pikiran. Sesekali kita perlu berujar pada diri kita “Aku tetap hebat, meski nggak begitu”

Baca Juga:   Kebahagiaan bagi orang Puasa, sungguh Sempurna

2. Mengatur waktu

Teknologi konon diciptakan untuk memudahkan hidup manusia. Tapi apakah kenyataan selalu begitu. Coba saja hitung, berapa orang yang repot akibat kecanduan gadget, berlama-lama di medsos, ber haha hihi, kadang terhasut dan saling mencaci. Bukankah gadget tidak selalu membawa kebahagiaan bagi kita? Perlu digarisbawahi ya: tidak selalu. Jadi pada saat tertentu ya gadget akan memberi kebahagiaan.

Kuncinya adalah pada pembagian waktu. Kita tidak perlu selalu “berumah” di medsos dan memegang gadjet. Hidup anda terlalu standar jika hanya berpaku pada gadget. Pikiran harus terbuka bahwa hidup ini penuh warna. Oleh karena itu atur waktu yang baik. Jangan terlalu berada pada satu titik saja dan berada lama di sana.

Baca Juga:   Jangan rebut kebahagiaan Orang Lain

3. Belajar bersyukur

Tips nomor 3 ini dianggap umum dan sudah banyak orang tahu. Namun tetap perlu disebutkan disini karena bersyukur itu mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Di mulut kita bisa mengungkapkan rasa syukur dengan kondisi yang ada, namun sebenarnya di hati masih panas dan tidak mau menerima kenyataan.

Psikis kita bukan sesuatu yang statis. Artinya kadang bisa positif kadang negatif. Nah, kita perlu pandai-pandai belajar untuk bisa selalu bersyukur. Bersyukur adalah energi positif dari kemampuan kita menerima posisi kita apa adanya. Bersyukur bukan berarti pasrah atau pasif. Bersyukur adalah ikhtiar terus menerus untuk mengumpulkan energi positif yang kemudian menyebar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah jauh dari kata putus asa.

 

Share