Kabupaten Bojonegoro, selain terdapat banyak lokasi wisata alam yang indah, serta sentra bermacam agrowisata, juga terdapa sebuah sebuah tempat wisata bernuansa islami yang patut anda kunjungi. Yakni Makam Wali Kidangan yang bertempat di desa Sukorejo Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Tak pernah sepi pengunjung
Wisata religi Makan Wali Kidangan Bojonegoro merupakan tempat wisata yang tak pernah sepi dari pengunjung, baik hari biasa maupun di hari libur. Terlebih tempat ini akan semakin ramai saat mendekati tanggal 1 suro.
Menurut juru kunci makam Mbah Katrup, sebagaimana dikutip dari situs gangkecil.com, Mbah Wali Kidangan ini diyakini sebagai makam dari Raden keturunan Kerajaan Pajang yang dulu melarikan diri untuk mencari ketenangan dan akhirnya bertapa di puncak Kidangan hingga ajal menjemput.
Namanya adalah Raden Sentono (Kalau kita searching kita akan menemukan nama Syekh Mukodar/Pangeran Kumbang Ali-ali/Pangeran Narasoma).
Baca juga: Pesona wisata Gunung Ratu Ngimbang, ada makam ibu dari Gajah Mada
Dari tahun 1618 M itulah awal jatuhnya Kesultanan Pajang dari Kesultanan Mataram. Dimana Kesultanan Mataram berhasil menghancurkan seluruh isi Kesultanan Pajang dan membawa penduduknya ke Mataram untuk kerja paksa.
Pada umumnya kerajaan Islam berpusat di sekitar pantai utara Jawa. Namun kali ini berbeda, pernah ada kerajaan Islam di Jawa, meski baru berusia 45 tahun. Kesultanan Pajang terletak di Kabupaten Kartasura (Surakarta).
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Demak bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Pajang. Begitu banyak ulama dan alim yang merantau baik istilah menyendiri atau menyendiri.
Akses menuju makan
Makam Wali Kidangan yang diperkirakan sudah ada lebih dari 1.000 tahun ini terletak di atas bukit dusun Kidangan, sekitar 1,5 km dari arah jembatan Malo ke utara, tepatnya de Desa Sukorejo.
Sesampainya di lokasi anda harus menaiki kurang lebih 500 anak tangga untuk mencapai makam.
Dipenuhi mitos
Terdapat suatu sumber air yang cukup melimpah dari sumur yang berada di dekap pintu masuk anak tangga yang diyakini dapat mendatngkan keberkahan. Sebeb saat musim kemarau pun debit air ini tak pernah habis.
Selain itu ada beberapa pengunjung yang sulit mengabadikan makam Wali Kidangan tersebut. Ada banyak faktor para peziarah gagal mengabadikan seperti foto gagal disimpan hingga makam tidak terlihat.